panditbola.com – Siapa sih yang gak kenal Coutinho? Pemain asal Brasil yang dulu sempat dijuluki “The Little Magician” ini pernah jadi idola banyak fans Liverpool. Gayanya lincah, dribelnya enak ditonton, dan tendangan jarak jauhnya sering banget jadi penentu kemenangan. Tapi sayangnya, karier gemilangnya gak bertahan lama. Sejak pindah dari Liverpool, performanya pelan-pelan menurun. Bahkan sekarang, banyak yang bilang karier Coutinho masuk kategori flop.
Gak ada yang nyangka, pemain sekelas dia bisa terjun bebas kayak gini. Di artikel ini, kita bakal ngobrol santai soal gimana perjalanan Philippe Coutinho yang awalnya cemerlang, berubah jadi penuh kekecewaan.
Baca Juga: Evolusi Taktik Sepak Bola dari Masa ke Masa
Awal yang Cerah di Liverpool
Sebelum membahas flopnya karier Coutinho, kita harus akui bahwa di Liverpool, dia memang tampil luar biasa. Datang dari Inter Milan dengan harga yang gak terlalu mahal, Coutinho langsung nyetel dengan gaya main Premier League. Permainannya mengalir, umpan-umpannya kreatif, dan gol-gol cantiknya selalu ditunggu.
Di bawah arahan Jurgen Klopp, Coutinho jadi salah satu kunci permainan The Reds. Bahkan dia sempat digadang-gadang jadi pemimpin lini serang setelah kepergian Luis Suárez. Fans Liverpool begitu mencintainya, sampai-sampai mereka sedih waktu Coutinho memutuskan pindah.
Baca Juga: Johan Cruyff: Ikon Sepak Bola dengan Filosofi Total Football
Transfer Mahal ke Barcelona: Awal dari Penurunan
Januari 2018 jadi titik balik karier Coutinho. Saat itu, Barcelona mengeluarkan dana yang sangat besar, sekitar 142 juta poundsterling, buat memboyongnya ke Camp Nou. Angka yang bikin dia jadi salah satu pemain termahal di dunia. Ekspektasinya? Tentu tinggi banget. Fans Barça berharap dia bisa jadi penerus Andrés Iniesta atau Neymar.
Tapi sayangnya, semuanya gak berjalan sesuai rencana. Di awal-awal, Coutinho sempat tampil bagus, nyetak beberapa gol, dan terlihat menjanjikan. Tapi semakin ke sini, performanya menurun drastis. Dia sering terlihat bingung di lapangan, seolah kehilangan arah. Gak ada lagi aksi-aksi magis kayak saat masih di Liverpool.
Gaya Main yang Gak Klik di Barcelona
Salah satu alasan kenapa Coutinho gagal bersinar di Barça adalah karena dia gak cocok dengan gaya main tim. Waktu di Liverpool, dia bebas bergerak dan punya ruang untuk eksplorasi. Tapi di Barcelona, sistemnya lebih kaku. Permainan lebih mengutamakan tiki-taka, dan Coutinho seperti terjebak di posisi yang gak maksimal.
Dia sering ditempatkan di sayap kiri, padahal kekuatannya ada di tengah. Akhirnya dia kehilangan sentuhan terbaiknya. Banyak pertandingan di mana dia cuma jadi penonton di lapangan. Gak sedikit yang mulai bertanya-tanya, “Ini Coutinho yang dulu apa bukan?”
Dipinjamkan ke Bayern Munich: Momen Kilas Balik yang Singkat
Musim 2019-2020, Barcelona akhirnya menyerah dan meminjamkan Coutinho ke Bayern Munich. Di Bundesliga, dia sedikit bangkit. Bahkan dia ikut membantu Bayern meraih treble winner. Salah satu momen yang gak bakal dilupakan adalah ketika dia mencetak dua gol dan satu assist ke gawang… Barcelona. Iya, mantan timnya sendiri.
Momen itu sempat bikin fans Barça makin geram. Tapi buat Coutinho sendiri, itu jadi semacam penegasan bahwa dia masih punya kemampuan. Sayangnya, Bayern gak mempermanenkan statusnya. Setelah musim itu berakhir, dia balik lagi ke Camp Nou, dan… kembali meredup.
Cedera Datang Bertubi-tubi
Setelah kembali ke Barcelona, Coutinho mulai sering diganggu cedera. Lututnya bermasalah, pemulihannya juga memakan waktu lama. Setiap kali dia mulai menanjak, cedera lagi. Alhasil, jam terbangnya berkurang drastis. Kepercayaan dari pelatih juga semakin menipis.
Kondisinya mirip seperti banyak pemain berbakat yang akhirnya tenggelam karena masalah kebugaran. Sayang banget, karena waktu produktif seorang pemain bola gak panjang. Coutinho kehilangan momentum di saat usianya masih cukup matang untuk bersinar.
Kehilangan Kepercayaan Diri
Coutinho dikenal sebagai pemain yang percaya diri di atas lapangan. Tapi sejak pindah ke Barcelona, dia perlahan kehilangan itu semua. Ketika seorang playmaker kehilangan kepercayaan diri, permainannya jadi flat. Gak ada kreativitas, gak ada percikan.
Setiap kali masuk sebagai pemain pengganti, terlihat jelas dia ragu-ragu dalam mengambil keputusan. Banyak bola yang harusnya bisa langsung dieksekusi malah ditahan. Banyak juga peluang yang akhirnya gagal dimanfaatkan. Dalam dunia sepak bola, kehilangan mental bisa lebih bahaya dari kehilangan skill.
Pindah ke Aston Villa: Harapan Baru yang Gagal Juga
Barcelona akhirnya melepas Coutinho ke Aston Villa, pertama sebagai pemain pinjaman, lalu dibeli secara permanen. Waktu itu, banyak yang berharap dia bisa kembali bersinar di Premier League. Apalagi pelatih Villa saat itu adalah Steven Gerrard, mantan rekannya di Liverpool.
Di awal-awal, Coutinho memang menunjukkan kilas balik permainan terbaiknya. Tapi setelah itu, grafiknya turun lagi. Penampilannya gak konsisten. Dia lebih sering duduk di bangku cadangan dibanding tampil penuh. Akhirnya, kehadirannya di Villa gak memberi dampak signifikan.
Gagal Memenuhi Ekspektasi Fans
Kalau bicara soal flop, salah satu tolok ukurnya adalah ekspektasi. Coutinho datang ke Barcelona dengan label bintang besar, nilai transfer fantastis, dan beban menggantikan pemain legendaris. Tapi semua itu gak berhasil dia jawab di lapangan.
Fans yang dulu membelanya habis-habisan mulai kecewa. Bahkan di media sosial, nama Coutinho sering jadi bahan olokan. Dari pemain yang dulu ditakuti lawan, dia berubah jadi simbol transfer gagal. Gak sedikit yang menyebutnya sebagai salah satu pembelian terburuk dalam sejarah Barcelona.
Masuk Daftar Flop Termahal Dunia
Dalam daftar pemain dengan performa paling mengecewakan setelah dibeli mahal, nama Coutinho nyaris selalu muncul. Angka transfernya yang begitu tinggi jadi beban besar. Apalagi jika dibandingkan dengan kontribusinya yang minim di Barcelona.
Transfer ini jadi pelajaran penting buat banyak klub besar. Mahal belum tentu berarti cocok. Dan seorang pemain, seberapa hebat pun, tetap butuh lingkungan dan sistem yang mendukung. Sayangnya, Coutinho datang ke Barcelona di waktu yang salah.
Apa yang Salah dengan Karier Coutinho?
Pertanyaan ini sering banget muncul: apa sih yang bikin Coutinho flop? Padahal dia punya semua atribut sebagai pemain top. Skill oke, pengalaman di liga besar, dan mental juara.
Banyak yang menyimpulkan kalau kombinasi dari beberapa faktor jadi penyebabnya. Mulai dari ketidakcocokan taktik, cedera, tekanan dari ekspektasi, sampai kehilangan kepercayaan diri. Ditambah lagi, situasi internal di Barcelona waktu itu juga gak stabil. Klub lagi kacau, pelatih gonta-ganti, dan suasana tim gak mendukung.
Nasib Coutinho Sekarang
Saat artikel ini ditulis, Coutinho masih belum menunjukkan tanda-tanda bangkit total. Kariernya terombang-ambing, dan makin jauh dari sorotan. Beberapa kabar menyebutkan dia bisa pindah ke liga-liga eksotis, seperti Arab Saudi atau MLS. Tapi jelas, dia udah gak lagi jadi bagian dari elite Eropa.
Ini sangat kontras dengan masa-masa emasnya di Liverpool, ketika dia jadi andalan utama. Banyak fans yang merasa sayang dan sedih melihat perjalanan kariernya yang merosot drastis. Dari calon legenda, kini dia hanya jadi pengingat bahwa karier pemain bola bisa berubah dalam waktu singkat.